DM Media
Lokal Terbaru

Kuningan Darurat Data : Ketika Angka-Angka Bicara, Tapi Tak Didengar

KUNINGAN – Di ruang sederhana di Jalan Kasturi Gerba No. 06, Selasa (29/7), sejumlah akademisi, peneliti, dan dosen muda berkumpul bukan untuk berbincang soal teori semata. Mereka sedang gelisah. Bukan karena nilai mahasiswa, tapi karena sesuatu yang lebih fundamental: data atau lebih tepatnya, ketiadaan data yang memadai di Kabupaten Kuningan.

Diskusi bertajuk “Kuningan dalam Angka” yang diselenggarakan Lembaga Penelitian Jamparing Risearch, jadi ajang “curhat ilmiah” sekaligus bedah tuntas kondisi riil Kabupaten Kuningan berdasarkan buku resmi keluaran BPS: Kuningan Dalam Angka.

Hadir sebagai pembicara Endun Abdul Haq (Ketua Kabumi Rurasa Edukasi), Topic Offirstson (Direktur Jamparing), dan Dr. Dodi dari Universitas Muhammadiyah Kuningan. Para audiens yang sebagian besar merupakan dosen-dosen muda dari berbagai kampus lokal menyimak dengan penuh perhatian sekaligus keprihatinan.

Di awal diskusi, Endun membuka dengan optimisme. Ia menyoroti pentingnya membangun strategi pembangunan yang fokus pada tiga sektor kunci: pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat. Menurutnya, jika arah pembangunan jelas dan berbasis data, maka angka-angka seperti IPM (Indeks Pembangunan Manusia) dan IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) akan ikut naik secara alami.

Namun suasana mulai serius ketika Topic Offirstson mengangkat persoalan krusial: data itu ada, tapi tak lengkap, dan seringkali tak berguna.

“Coba cari data IKM tiap SKPD. Rumah sakit mana yang paling memuaskan pelayanannya? Tidak ada. Masyarakat hanya disuguhi angka-angka global. Kita seperti berjalan dalam kabut,” tegasnya.

Ia bahkan menyebut Kuningan kekurangan data penting seperti indeks kerukunan umat beragama, indeks toleransi masyarakat, hingga indeks persepsi antikorupsi per OPD. Padahal data seperti itu krusial untuk membangun daerah yang sehat secara sosial dan tata kelola.

Masuk giliran Dr. Dodi berbicara. Ia menghela napas panjang sebelum melontarkan unek-uneknya. Menurutnya, Pemda Kuningan belum sadar bahwa mereka duduk di atas “tambang emas” pengetahuan: Perguruan Tinggi.

“Kami di kampus punya tenaga dosen muda, doktor-doktor baru, bahkan fasilitas penelitian. Tapi tidak pernah dilibatkan. Padahal tridarma perguruan tinggi itu bukan hanya mengajar, tapi juga meneliti,” ungkapnya.

Alih-alih memberdayakan SDM lokal, Pemda kerap hanya mengandalkan data sekedarnya. Alhasil, para akademisi hanya bisa meneliti untuk jurnal, tanpa pernah melihat hasilnya menyentuh kebijakan publik.

Meski tajam dan serius, diskusi ini berlangsung dalam suasana cair dan hangat. Para peserta aktif bertanya, menanggapi, bahkan saling mengisi kekurangan satu sama lain. Tiga jam berlalu tanpa terasa.
Satu hal yang pasti: Kuningan memang darurat data. Dan diskusi ini seperti menyalakan api kecil yang semoga tak segera padam.

Karena tanpa data yang kuat, pembangunan hanya akan jadi mimpi. Dan tanpa melibatkan ilmu pengetahuan, mimpi itu takkan pernah jadi kenyataan.(Agni)

Related posts

Kemenkes Lakukan Monev Pelayanan Kesehatan Tradisional Di Kuningan

DM

Sosok Pengusaha Muda Ambil Formulir Bacakada Di PPP

DM

BKN Surati Pj Bupati, Sekda Disarankan CLTN Atau Pemberhentian Atas Permintaan Sendiri

DM

Leave a Comment