Kediri — PT Gudang Garam Tbk (GGRM) akhirnya buka suara terkait kabar krisis yang melanda industri rokok nasional. Direktur Istata Siddharta mengakui, tekanan hebat dialami hampir seluruh pelaku usaha rokok, termasuk perusahaannya.
Data semester I 2025 mencatat laba bersih Gudang Garam anjlok drastis hingga 87,3 persen, dari Rp 915,51 miliar menjadi hanya Rp 117,16 miliar. Kondisi ini semakin memantik isu adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di internal perusahaan.
Namun, manajemen Gudang Garam membantah kabar PHK besar-besaran tersebut. Direktur & Corporate Secretary, Heru Budiman, menegaskan bahwa karyawan yang keluar hanya 309 orang, itupun melalui mekanisme normatif seperti pensiun normal, pensiun dini secara sukarela, dan kontrak kerja yang berakhir sesuai masa perjanjian. Ia memastikan operasional perusahaan masih berjalan normal, baik produksi maupun distribusi.
Meski demikian, tantangan besar masih menghantui. Gudang Garam menyoroti maraknya peredaran rokok ilegal yang dijual lebih murah karena tidak bercukai atau salah tempel pita cukai. Fenomena ini membuat produk legal sulit bersaing, apalagi di tengah beban kenaikan tarif cukai yang semakin tinggi.
“Bagi konsumen yang sangat sensitif harga, mereka tentu beralih ke produk ilegal. Inilah masalah serius yang memperberat industri rokok,” ujar Istata.
Sebagai langkah bertahan, Gudang Garam memperkuat lini produk kretek tangan (SKT) yang lebih terjangkau, sekaligus menjajaki pasar rokok elektrik. Meski kontribusinya masih kecil, segmen rokok elektrik dianggap berpotensi untuk jangka panjang.
Pihak perusahaan berharap pemerintah lebih tegas dalam menindak peredaran rokok ilegal sekaligus meninjau kembali kebijakan cukai. Dengan regulasi yang lebih adil dan penegakan hukum yang efektif, Gudang Garam optimistis industri rokok nasional bisa kembali pulih dalam beberapa tahun ke depan..denisjulvana