Kuningan — Di tengah gemuruh kritik dan tudingan sinis, satu hal tetap tak terbantahkan: Bupati Kuningan bekerja. Ia bergerak, mengetuk pintu-pintu kementerian di pusat, membawa aspirasi petani, dan pulang membawa hasil. Bukan janji, bukan retorika tapi bantuan nyata yang kini sudah berada di tangan para petani.
Sejak awal masa jabatannya, Bupati Kuningan menunjukkan bahwa sektor pertanian bukan hanya urusan teknis, melainkan urat nadi kehidupan masyarakat desa. Maka ketika petani mengeluh soal minimnya alat dan akses benih, ia tak tinggal diam. Ia memilih jalan panjang: menyusun data, memetakan kebutuhan, menyusun proposal — lalu melangkah ke Jakarta.
Bertemu Menteri, Bawa Aspirasi Petani
Puncak perjuangan itu terjadi pada 30 April 2025, saat Bupati Kuningan bertemu langsung dengan Menteri Pertanian RI di Jakarta. Bukan pertemuan seremonial, melainkan audiensi serius yang membuahkan hasil konkret: bantuan alat dan sarana produksi pertanian senilai miliaran rupiah.
Bantuan yang diperjuangkan antara lain:
- Traktor roda 4 dan roda 2
- Combine harvester (alat panen modern)
- Pompa air dan hand sprayer
- Benih padi dan jagung untuk ribuan hektare lahan
Semua itu adalah hasil dari kerja keras, bukan hadiah. Proposal yang dikirimkan lengkap dengan data dan verifikasi lapangan sesuai prosedur kementerian. Ini bukan “sandiwara”, seperti yang dituding sebagian pihak. Ini adalah kerja diam-diam yang berdampak besar.
“Beliau pernah menyebut perjuangan ini seperti ‘ngamen ke pusat’, tapi itu bukan keluhan. Itu bentuk kerendahan hati dalam menyuarakan jeritan petani di hadapan pemerintah pusat,” ungkap Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si.
Bantuan Datang, Petani Tersenyum
Per Juli 2025, bantuan yang masuk ke Kuningan untuk sektor pertanian mencapai lebih dari Rp5 miliar, dan semuanya dalam bentuk barang. Tidak sepeser pun uang tunai yang berpindah tangan. Barang-barang tersebut kini sudah dimanfaatkan langsung oleh kelompok tani, meningkatkan produktivitas mereka di lapangan.
Bagi para petani, kedatangan traktor atau benih unggul bukan sekadar bantuan. Itu adalah bukti bahwa mereka diperjuangkan. Bahwa suara mereka sampai ke Jakarta. Dan bahwa ada pemimpin daerah yang berani mengambil jalan berliku demi mereka.
Bukan Sekadar Bantuan, Tapi Harapan
Lebih dari sekadar alat, perjuangan Bupati ini telah mengangkat moral para petani. Mereka kini tahu bahwa pemerintah daerah tidak hanya duduk di balik meja — tapi berdiri di barisan depan, membawa suara mereka ke telinga para pengambil kebijakan nasional.
Ini bukan pencitraan, ini adalah bukti kepemimpinan yang hadir dan menyentuh akar rumput.
“Kami percaya bahwa keberhasilan pembangunan pertanian lahir dari kolaborasi, bukan saling menyalahkan. Dan perjuangan ini belum selesai. Kami akan terus dorong agar desa-desa di Kuningan semakin mandiri dan makmur,” ujar Wahyu.
Penutup: Jalan Sunyi Seorang Pemimpin
Dalam dunia politik, kerja diam kerap tidak terlihat. Yang bersinar seringkali adalah gaduh. Tapi sejarah akan mencatat: ketika petani Kuningan bisa panen lebih baik tahun ini, itu karena ada seorang pemimpin yang tidak lelah “mengemis” bantuan bukan untuk dirinya, tapi untuk rakyatnya.
Dan itulah arti sebenarnya dari kepemimpinan: berjuang, meski tidak selalu dipahami.