disampaikan dalam silaturahmi wali santri pondok pesantren daarul mukhlishin 14/7/2025
Dalam perjalanan spiritual manusia, Tuhan tak pernah menutup diri. Justru sebaliknya—Dia membuka begitu banyak pintu bagi siapa saja yang ingin kembali. Pintu ampunan, pintu rezeki, pintu ilmu, pintu cinta, dan pintu pengabdian. Tapi hanya mereka yang tulus mencari dan mengetuknya yang akan benar-benar masuk dan merasakan kehadiran-Nya.
Pintu Itu Bernama Kesadaran
Pintu pertama menuju Tuhan adalah kesadaran—bahwa kita ini hamba, yang tak memiliki apa-apa tanpa izin-Nya. Ketika kesadaran ini lahir, barulah seseorang mulai melihat hidup bukan sekadar rutinitas, melainkan kesempatan mendekat.
Allah SWT berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat: 56)
Kesadaran ini bisa datang di mana saja saat membaca Al-Qur’an, saat merasakan kehilangan, atau ketika hati dilanda rindu pada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan logika duniawi. Semua itu adalah sinyal dari langit: bahwa Tuhan sedang mengundang kita untuk mendekat.
Pintu Itu Bisa Bernama Ujian
Seringkali manusia baru mencari Tuhan ketika sedang diuji. Saat itu, hati menjadi lunak, mata menjadi jernih, dan mulut tak henti menyebut nama-Nya. Ujian adalah salah satu pintu yang paling jujur—ia mengikis kesombongan dan meluruhkan ambisi.
Allah berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ
“Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.”
(QS. Muhammad: 31)
Saur Kang Yai
“Ujian itu bukan siksaan, tapi sinyal cinta. Tuhan hanya menampar hati yang masih bisa merasa.”
Pintu Itu Bisa Bernama Amal
Tidak semua yang mendekat kepada Allah harus lewat mihrab dan sajadah. Banyak orang menemukan Tuhan di jalan amal. Mereka memberi makan, menyantuni anak yatim, membantu orang tua menyeberang, menyapu halaman masjid, atau menahan marah saat bisa membalas. Itu semua adalah ketukan lembut pada pintu-Nya.
Dalam hadis shahih disebutkan:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan hartamu, tetapi Dia melihat hati dan amalmu.”
(HR. Muslim)
Saur Kang Yai
“Ada orang yang doanya panjang tapi niatnya pendek. Ada yang amalnya sederhana, tapi keikhlasannya seluas langit.”
Pintu Itu Bisa Bernama Rasa Malu
Ketika seorang hamba merasa malu karena telah terlalu banyak dosa, tapi tetap diberi rezeki, kesehatan, dan cinta oleh Allah—itulah saat pintu rahmat terbuka. Rasa malu kepada Allah adalah salah satu bentuk keimanan tertinggi.
Rasulullah SAW bersabda:
“Malulah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu…”
(HR. Tirmidzi)
Rasa malu ini melahirkan taubat. Dan taubat adalah gerbang emas yang menghubungkan makhluk dengan Tuhannya. Tidak ada yang terlalu kotor untuk kembali. Karena selama nyawa belum di kerongkongan, semua masih punya harapan.
Saur Kang Yai
“Ketuklah pintu Tuhan, bukan dengan suara keras, tapi dengan ketulusan. Karena pintu-Nya tidak terbuka karena kuatnya teriakan, tapi karena lembutnya jiwa yang mengetuk.”
Kita semua punya pintu masing-masing menuju Tuhan. Jangan bandingkan jalanmu dengan orang lain. Ada yang melalui ilmu, ada yang lewat khidmah, ada pula yang menemukan-Nya di sunyi malam, dalam sujud panjang yang tak disaksikan siapa-siapa.
Yang penting, jangan berhenti mengetuk.
Selama pintu itu masih ada, jangan pernah lelah untuk kembali. Karena yang tak pernah bosan menunggu adalah Dia—Tuhanmu, yang lebih dekat dari urat lehermu.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah): Sesungguhnya Aku dekat.”
(QS. Al-Baqarah: 186)…denisjulvana
**SaurKangYai adalah kumpulan ceramah KH. Yayat Hidayat ( Pengasuh Pontren Daarul mukhlishin)**